Selasa, 29 Mei 2012

PENGARUH KADAR BAHAN PENGIKAT PADA MIGRASI OBAT SELAMA WAKTU PENGERINGAN



.     DASAR TEORI
Pengeringan meliputi operasi pemindahan panas maupun massa. Panas harus dipindahkan kepada bahan yang akan dikeringkan untun memasok panas laten yang diperlukan untuk penguapan dari lembap. Perpindahan massa dilibatkan dalam difusi air melalui bahan ke permukaan, dalam penguapan air berikutnya dari permukaan, dan dalam difusi dari uap resultan ke dalam aliran udara yang lewat. Proses pengeringan dapat lebih mudah dimengerti jika perhatian dipusatkan pada lapisan tipis cairan di permukaan bahan yang dikeringkan. Laju penguapan lapisan tipis ini dihubungkan dengan laju perpindahan panas dengan persamaan:
                                                     
dW/dθ = q/λ
Dimana dW/dθ adalan laju pon penguapan air, q adalah laju perpindahan panas keseluruhan (BTU per jam), dan λ adalah panas laten penguapan air (BTU per gram).
(Lachman, dkk, 1989)
Pembuatan granul dengan cara basah:
Zat berkasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 400-500. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.                                                                                                                       (Anief, moh, 1987)
Untuk melakukan pengeringan pada suhu tinggi digunakan lemari pengering. Jenis bangunnya sangat berfariasi dan dapat dipanaskan secara elektris. Pada umumnya lemari pengering memiliki alat pengatur suhu. Udara panas akan bergerak keruanf sebelah dalam diatas nampan yang berisi bahan yang akan dikeringkan. Oleh karena sirkulasi udara berlangsung relatif lambat dan keteraturan panas dibagian dalam lemari tidak selamanya terjamin, maka lemari pengering modern dilengkapi dengan ventilator, pembalik aliran udara dan pelengkapan lain yang sejenis, yang membantu pencapaian keteraturan suhu dibagian dalam lemari dan kecepatan aliran udara yang memadai. Bahan yang peka terhadap suhu seringkali mengalami kerusakan akibat panas yang digunakan. Juga harus diperhatikan adanya sifat senyawa yang mudah teroksidasi. Dalam kasus semacam itu disarankan untuk mengguanakan lemari pengering hampa udara. Material yang akan dikeringkan juga diletakkan diatas nampan dan ditempatkan diatas lempeng yang dipanasi dengan uap air, air panas atau secara elektris. Beberapa jenis diantaranya juga memiliki bodi pemanas dibagian sisinya. Ruang pengeringan tersebut dalam kondisi hampa udara. Pengeringan menggunakan hampa udara memungkinkan pengusiran air secara cepat dan aman dari material pada suhu rendah.

(Voigt, R, 1984)
Laktosa

C12 H22 O11. H2 O
Pemerian serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis.
Kelarutan larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih; sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan zat tambahan.                                             (Anonim, 1979)
Gelatin
Gelatin adalah protein yang diperoleh dari bahan kalogen.
Pemerian lembaran, kepingan, serbuk atau butiran; tidak berwarna atau kekuningan pucat; bau dan rasa lemah.
Kelarutan juka direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak, barangsur-angsur menyerap air 5 sampai 10 kali bobot-nya; larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, kloroform P dan dalam eter P; larut dalam campuran gliserol P dan air, jika dipanaskan lebih mudah larut; larut dalam asam asetat P.
(Anonim, 1979)

    PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar bahan pengikat pada migrasi selama waktu pengeringan granul. Saat pengeringan granul terjadi peristiwa perpindahan panas dan perpindahan massa yang berlangsung secara bersamaan. Perpindahan massa berupa perginya air dari dalam granul mengikuti aliran udara kering di ruangan pengering. Perginya air dari dalam granul ke permukaan granul disabut migrasi. Apabila ada bahan obat atau zat warna yang larut dalam air di dalam granul, maka pada saat migrasi akan ikut bersama perpindahan air ke permukaan.
( Anonim, 2012)
Pada percobaan ini bahan yang digunakan yaitu Theofillin yang berfungsi sebagai zat aktif, Laktosa yang berfungsi sebagai bahan pengisi dan Gelatin yang berfungsi sebagai bahan pengikat. Gelatin dibuat larutan,hal ini bertujuan untuk mempermudah homogenitas. Larutan gelatin yang dibuat ada dua macam yaitu larutan gelatin 5% dan 15% . larutan gelatin 5% yaitu gelatin 2,5 gram ditambah air 50 ml, sedangkan pada gelatin 15% yaitu 7,5 gram gelatin dan 50 ml air, yang kemudian dipanaskan, pemanasan ini dilakukan karena gelatin agak sukar larut dalam air dingin. Pembuatan larutan gelatin dibuat dengan 2 konsentrasi yang berbeda karena banyaknya gelatin yang berfungsi sebagia bahan pengikat akan mempengaruhi migrasi obat saat proses pengeringan.
Serbuk halus tidak dapat mengisi cetakan dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing). Cara pembuatan granul ada 2 macam yaitu granulasi basah dan granulasi kering. Pada percobaan ini digunakan granulasi basah karena laktosa (bahan pengisi) dan theofillin (zat aktif) terlebih dahulu dicampur yang baru kemudian di tambahkan bahan pengikat (gelatin) sampai terjadi massa granul yang baik.
Pada saat penambahan zat aktif (theofillin) terlebih dahulu dibuat larutan dengan menambahkan air, penambahan sedikit air adalah untuk membasahi zat aktif agar dapat tercampur dengan bahan pengisi dan diberi dengan sedikit laktosa tujuanya untuk mengeringkan granul yang telah dibasahkan dengan air agar tidak terlalu lembek, laktosa diberikan setengahnya dulu untuk mengurangi kelembekan campuran zat aktif dengan pengisi. Setelah dicampur homogen  ditambahkan zat pengikat, dengan menambahkan sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa granul yang baik (dapat dilihat dengan membuat granul seperti pisang dan apabila dipatahkan tengahnya tidak rapuh) hal tersebut menandakan penambahan bahan pengikat sudah cukup. Setelah terbuat granul yang baik di ayak dengan ayakan no.12. Untuk mengamati adanya proses migrasi granul digunakan sel pengering (Drying cell) yang terdiri 5 lapis dengan lubang ditengah,granul di isikan pada lubang tengan drying cell dan di oven pada suhu 60˚ C selama 2 jam.
Kadar bahan obat dalam granul sehabis pengeringan ditemukan sebagai berikut : pada gelatin 5% lapisan 1 : 766,80 mg/0,5 g, lapisan 2: 749,90 mg/0,5 g, lapisan 3: 565,27 mg/0,5 g, lapisan 4: 749,90 mg/0,5 g, lapisan 5: 439,37 mg/0,5 g. dari kadar tersebut dapat dilihat migrasi yang berlangsung sempurna pada lapisan 2 dan 4.
Pada gelatin 15% lapisan 1: 152,93 mg/0,5 g, lapisan 2: 166,18 mg/0,5 g, lapisan 3: 193,92 mg/0,5 g, lapisan 4: 200,68 mg/0,5 g, lapisan 5: 184,62 mg/0,5 g.
Koefisien migrasi digunakan untuk mengungkapkan besarnya migrasi. Nilai koefisien migrasi yang didapat pada formula 1 (larutan gelatin 5%) yaitu 0,2002 dan pada formula 2 (larutan gelatin 15%) yaitu -0,1213. Hal ini menunjukkan hasil percobaan sesuai teoritis yaitu bahwa semakin besar konsentrasi bahan pengikat maka kadar dan koefisien migrasi semakin kecil. Semakin keatas lapisan,maka nilai migrasi semakin besar,atau kata lain pada lapisan bawah nilai migrasi paling kecil. Berarti formula yang menggunakan larutan gelatin 15% lebih baik karena koefisien migrasinya lebih kecil dari pada larutan gelatin 5%.

  KESIMPULAN
©       Koefisien migrasi digunakan untuk mengungkapkan besarnya migrasi
©       Hasil yang di dapat sesuai teoritis yaitu semakin besar konsentrasi bahan pengikat maka kadar dan koefisien migrasi semakin kecil
©       Semakin keatas lapisan, maka nilai migrasi semakin besar, lapisan bawah nilai migrasi paling kecil
©       Formula 1 (larutan gelatin 5%) yaitu 0,2002 dan pada formula 2 (larutan gelatin 15%) yaitu -0,1213 maka bahan pengikat gelatin 15% paling baik karena koefisien migrasinya lebih kecil
©       Bahan pengikat berpengaruh pada migrasi obat pada saat pengeringan
       DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anief, Moh., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM press, Yogyakarta
Lachman, dkk., 1989, Teori dan Praktek Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Siti
Voight, R., 1973, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, penerjemah Dr.Retnat Soendani

Senin, 21 Mei 2012

N45i

Buat iseng-iseng,,,,ni perkenalkan profil anAk farmasi UMS angkatan 2010 kita ini adalah sahabat yang biasa kita sebut "N45i'' nama ini muncul dari kata "NARSIS" karna kita emang narsis-narsis,,,hehe.....dan penulisan sengaja di buat gitu,,itu da maknanya lho,,,hehehe,,,,,,Kita buat orang bacanya NASI karna nasi itu amat penting buat manusia,,disamping itu,,kita juga punya temen cowok2 yang menyebut dirinya "CETHINK" dalam bahasa indonesia yaitu tempat nasi,,jadi,,kita cewek dan cowoknya bisa di sebut NASI CETHINK,,pasangan yg pas,,,hehe, pemakaian 45 itu karna kita slalu semangat,ceria seperti halnya tahun kemerdekaan 45,,,,,heheh itulah sejarah nama persahabatan kita,,,semoga persahabatan bisa indah selamanya,,,,,,AMIN.......


BELAJAR di FARMASI jadi SERU karna ada kalian,,,,TERIMAKASIH Sahabat-sahabatku,,, AQU SAYANG kalian semua,,,,,,^_^

dapus ANFAR

analisis farmasi

 DASAR TEORI ANALISIS FARMASI ALKALIMETRI

Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa – senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Untuk menetapkan titik akhir ( titik ekivalen ) pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Larutan baku asam yang sering digunakan dalam asidi-alkalimetri umumnya dibuat dari asam klorida dan asam sulfat. Kedua asam ini dapat digunakan pada hampir semua titrasi.

Asam klorida yang sering digunakan untuk titrasi adalah HCl dengan konsentrasi 1N; 0,5N; dan 0,1N. Asam klorida merupakan baku sekuder sehingga sebelum digunakan harus dibakukan lebih dahulu dengan baku primer.

( A.Mursyidi & A.Rohman, 2006)

 

Dalam menaksir hasil akhir suatu penetapan kadar, ketetapan dan ketelitian memegang peran yang sangat penting. Kedua istilah ini mempunyai istilah yang hampir sama. Oleh karena itu, pengertian keduanya sering dikacaukan.

Suatu hasil dikatakan tepat ( precise ) apabila hasil dari suatu seri pengukuran (penetapan kadar) perbedaan satu sama lain sangat kecil, sedangkan suatu hasil dikatakan teliti (accurate) apabila mean yang diperoleh dari suatu seri penetapan kadar sangat dekat dengan nilai yang sebenarnya.

Seperti yang telah ditetapkan dimuka, hasil yang tepat akan mempunyai selisih antara masing – masing hasil dalam satu seri penetapan kecil.

 

Dalam hal ini dapat dikemukakan 3 macam ukuran ketetapan, yaitu :

·         Kisaran (Range) : selisih hasil penetapan yang paling besar dengan yang paling kecil Semakin kecil selisihnya berarti hasilnya semakin tepat.

·         Deviasi rata – rata (mean deviation) : rata – rata deviasi masing – masing hasil penetapan terhadap mean, dengan tidak memperhatikan tanda deviasinya (positif atau negative )

·         Standar deviasai : akar jumlah kuadrat deviasi masing – masing hasil penetapan terhadap mean. Dengan derajat kebebasan (degrees of random).

( Gandjar,Ibnu Gholib & A.Rohman, 2007)

 

            Asam asetilsalisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C9H8O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau tau hampir tidak berbau; rasa asam. Kelarutan agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol (95%)P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Khasiat dan penggunaanya sebagai analgetikum dan antipiretikum.

BM Asam asetilsalisilat 180,16.

(Anonim, 1979)

 

Penetapan titik akhir prinsipnya yaitu titik akhir sedekat mungkin dengan titik ekivalen.

Ada beberapa indikator yang lazim digunakan dalam suasana :

• basa : fenolftalaein (pp)

• asam : metil jingga dan metil merah

• netral : fenol merah

(Wahyu, 2010) 

DAFTAR PUSTAKA
  Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Depkes RI : Jakarta 
 Gholib. I & Rohman. A, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar :
Yogyakarta
Mursyidi.A & Rohman. A, 2006, Volumetri dan Gravimetri, Yayasan Farmasi
Indonesia: Yogyakarta
 Wahyu, 2010, Kimia Analisis, Fakultas Farmasi UMS: Surakarta



• asam : metil jingga dan metil merah
• netral : fenol merah
(Wahyu, 2010)

Sabtu, 10 Desember 2011

POTENSIOMETRI

Potensiometri merupakan salahsatu cara pemeriksaan fisika kimia yang menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indikator. besarnya potensial elektroda indikator ini tergantung pada konsentrasi ion-ion tertentu dalam larutan.
Elektroda pembanding yang di ambil sebagai baku internasional adalah elektroda hidrogen baku.
Gaya gerak listrik atau elektomotive force diukur dengan bantuan potensiometer yang sesuai ,yang biasanya di pakai dengan peralatan elektronik (volt meter bertransitor).
                                                                                                                            ( Ibnu gholib, 2010 )
Keuntungan melakukan pengukuran secara potensiometer untuk mendeteksi titik akhir adalah bahwa pengukuran dapat dilakukan dalam larutan yang berwarna tidak seperti deteksi berdasarkan indikator dan memberikan titik akhir yang ambigu ketika perubahan warna indikator tidak jelas atau tiba-tiba. Kelemahan titrasi potensiometri adalah umumnya berlangsung lambat, karena di butuhkan waktu agar pembacaan stabil terutama di dekat titik akhir titrasi.
                                                                                                                           ( David G.Watson, 2007 )

Rabu, 07 Desember 2011

Viskositas Newton dan Non-Newton


Rheologi berasal dari bahasa Yunani mengalir (rheo) dan ilmu (logos), digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Crawford untuk menggambarkan aliran cairan dan deformasi dari padatan.Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir; makin tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Dalam bidang farmasi, peranan rheologi sangat penting karena menyangkut stabilitas, keseragaman dosis, keajegan keseragaman produksi serta tinjauan praktis dalam penggunaan sediaan suspense dan emulsi.Penerapannya dalam formulasi dan analisis dari produk farmasi seperti emulsi, pasta, dan penyalutan tablet, konsistensi dari krim obat dan kosmetik, dsb.
Rheologi penting dalam pencampuran dan sifat alir bahan, pengecilan ukuran partikel dalam sistem disperse, stabilitas fisik sistem disperse, pelepasan obat dari basis, waktu alir serbuk dalam proses penabletan dan pengkapsulan, pengemasan serbuk dll.
Pada dasarnya rheologi mempelajari hubungan antara tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan gesek (shearing rate) pada cairan atau hubungan strain dan stress pada benda padat. Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah sebagai berikut:

1.    Sistem Newton
2.    Sistem non-Newton
Pemilihan bergantung pada sifat-sifat alirannya apakah sesuai dengan hokum aliran Newton atau tidak.
Sistem Newton
Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar viskositas suatu cairan, akan makin besar pula gaya persatuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu. Oleh karena itu, rate of shear harus berbanding langsung dengan shearing stress.
Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai :
Dimana : η = koefisien viskositas/ viskositas
gaya persatuan luas yang diperlukan untuk menyebabkan aliran(shearing stress)
kecepatan gesek (shearing rate)
dv = perbedaan kecepatan antara dua bidang cairan
dr = jarak yang kecil sekali yang memisahkan 2 bidang cairan
Rheogram cairan yang mempunyai tipe alir Newton adalah sbb:
 



                                                                                          
                    Gambar Rheogram cairan dengan tipe alir Newton
Cairan yang mempunyai tipe alir Newton misalnya ; air, etanol, gliserin, minyak pelumas serta larutan yang mempunyai senyawa terlarut dengan ukuran partikel kecil, misalnya larutan gula. Untuk menentukan viskositas cairan Newton dapat digunakan semua alat pengukur viskositas, misalnya viskometer Ostwald, Hoppler, Brookfield, Stormer, dll.
Satuan viskositas adalah poise, yaitu gaya gesek yang diperlukan untuk menghasilkan kecepatan 1cm/dt antara 2 bidang paralel dari zat cair yang luasnya 1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm.
            Untuk percobaan ini digunakan viskometer Ostwald.Dasar penggunaan alat ini adalah hukum Poiseuille, untuk suatu cairan yang mengalir melalui suatu tabung kapiler.
                                   
dimana :η = viskositas
                        r = jari-jari dalam kapiler
                        t = waktu alir
            ΔP = tekanan ats (pressure head) yang bekerja pada zat cair
                        = panjang kapiler
                        V= volume cairan yang mengalir
Apabila r pada alat diketahui, maka rumus di atas adalah rumus viskositas absolut. Tetapi apabila r tidak diketahui, maka alat tersebut biasanya dikalibrasi dengan cairan yang telah diketahui viskositasnya, biasanya air dan digunakan alat yang sama.
                       
Karena digunakan adalah alt yang sama untuk mengukur keduanya maka :
                       
Karena tekanan yang menekan cairan melalui kapiler sesuai dengan percepatan gravitasi dan berbanding lurus dengan kerapatan cairan, maka :
         
Sistem non-Newton
Non-Newtonian bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran Newton; dispersi heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep dan produk-produk serupa masuk dalam kelas ini. Dalam farmasi, lebih besar kemungkinan menjumpai cairan non-Newton dibanding dengan cairan biasa. Jika bahan-bahan non-Newton dianalisis dalam suatu viskometer putar dan hasilnya diplot, diperoleh berbagai kurva konsistensi yang menggambarkan adanya 3 kelas aliran, yaitu : plastis, pseudoplastis, dan dilatan.
a.    Aliran plastis (Bingham Bodies)
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang terflokulasi dalam suatu suspensi pekaqt.Akibatnya terbetuk struktur kontinue diseluruh sistem. Viskositas plastis sering dinyatakan dengan persamaan berikut:   
dimana:      U = viskositas plastis
                        f  = yield value
                        G = rate of shear
                        F = shearing stress
b.    Aliran pseudoplastis
Sejumlah besar produk farmasi termasuk gom alam dan sintesis, misalnya: disperse cair dari tragakan, Na alginat, metil selulosa dan CMC Na menunjukkan aliran pseudoplastis, sering disebut sebagai shear-thining system. Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya pengadukan.
c.    Aliran dilatan
Suspensi-suspensi tertentu dengan persentase zat padat terdisper tinggi missalnya: cat, tinta atau pasta menunjukkan peningkatan dalam daya hambat untuk mengalir dengan meningkatnya rate of shear.

(Anonim, 2010)


Ketergantungan temperature dan teori viskositas
            Jika viskositas dari gas bertambah dengan temperature, maka viskositas dari zat cair berkurang jika temperature dinaikkan, dan fluiditasnya, yaitu harga resiprok dari viskositasnya, bertambah dengan temperature. Ketergantungan viskositas zat cair terhadap temperature dinyatakan secara pendekatan untuk banyak zat oleh suatu persamaan yang analog dengan persamaan Arhenius untuk kimia kinetic :
                       
Dimana A= tetapan yang tergantung dari bobot molekul dan volume molar zat cair; Ev= energy aktivasi yang dibutuhkan untuk memulai terjadinya aliran antara molekul-molekul.
            Energi penguapan zat cair adalah energy yang dibutuhkan untuk memindahkan suatu molekul zat cair meninggalkan suatu lubang yang ukurannya sama dengan molekul yang dipisahkan. Suatu lubang harus dibuat dalam zat cair jika satu molekul harus mengalir melalui yang lain. Energy aktivasi untuk mengalir didapatkan sama dengan ± 1/3 energi penguapan dan dapat disimpulkan bahwa ruang bebas yang dibutuhkan untuk mengalir adalah ± 1/3 dari volume satu molekul. Ini rupanya cocok dengan fakta bahwa suatu molekul yang mengalir dapat kembali, membelok dan bergerak dalam ruang yang lebih kecil daripada volume molekul tersebut, seperti sebuah mobil dalam tempat parker yang padat.Difusi adalah mirip dengan aliran viskositas dan seperti fluiditas, kecepatan difusi bertambah secara eksponensial dengan temperature.
(Moechtar, 1989)
            Satuan SI  viskositas adalah N.s/m2 = Pa.s. satuan cgs yang lebih tua yang masih sering digunakan adalah Poise, menurut nama fisikawan Perancis Poisuille. Satuan-satuan ini dihubungkan oleh
                        1 Pa.s = 10 Poise
Pada umumnya, viskositas cairan bertambah bila temperature berkurang.Jadi, dalam iklim yang dingin, minyak dengan derajat yang lebih encer digunakan untuk melumasi mesin mobil di musim dingin dibandingkan di musim panas.
           
Hukum Poiseuille             
(Tipler, 1998)
           


Penerapan di bidang Farmasi
·         Cairan
a.       Pencampuran
b.      Pengurangan ukuran partikel dari sistem-sistem disperse dengan shear.
c.       Pelewatan melalui mulut, termasuk penuangan, pengemasan dalam botol, pelewatan melalui jarum suntik.
d.      Perpindahan cairan, termasuk pemompaan dan pengaliran melalui pipa.
e.       Stabilitas fisik dari sistem-sistem disperse.
·         Quasisolid
a.       Penyebaran dan pelekatan pada kulit.
b.      Pemindahan dar wadah atau pengeluaran dari tube.
c.       Kemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan-cairan yang saling bercampur satu dengan yang lainnya.
d.      Penglepasan obat dari basisnya.
·         Padatan
a.       Aliran serbuk dari corong ke dalam lubang pencetak tablet atau ke dalam kapsul selama proses pembuatan.
b.      Kemampuan pengemasan dari padatan dalam bentuk serbuk atau granul.
·         Pemrosesan
a.       Kapasitas produksi dari alat
b.      Efisiensi pemrosesan.
(Alfred Martin dkk, 1993)