Selasa, 29 Mei 2012

PENGARUH KADAR BAHAN PENGIKAT PADA MIGRASI OBAT SELAMA WAKTU PENGERINGAN



.     DASAR TEORI
Pengeringan meliputi operasi pemindahan panas maupun massa. Panas harus dipindahkan kepada bahan yang akan dikeringkan untun memasok panas laten yang diperlukan untuk penguapan dari lembap. Perpindahan massa dilibatkan dalam difusi air melalui bahan ke permukaan, dalam penguapan air berikutnya dari permukaan, dan dalam difusi dari uap resultan ke dalam aliran udara yang lewat. Proses pengeringan dapat lebih mudah dimengerti jika perhatian dipusatkan pada lapisan tipis cairan di permukaan bahan yang dikeringkan. Laju penguapan lapisan tipis ini dihubungkan dengan laju perpindahan panas dengan persamaan:
                                                     
dW/dθ = q/λ
Dimana dW/dθ adalan laju pon penguapan air, q adalah laju perpindahan panas keseluruhan (BTU per jam), dan λ adalah panas laten penguapan air (BTU per gram).
(Lachman, dkk, 1989)
Pembuatan granul dengan cara basah:
Zat berkasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 400-500. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.                                                                                                                       (Anief, moh, 1987)
Untuk melakukan pengeringan pada suhu tinggi digunakan lemari pengering. Jenis bangunnya sangat berfariasi dan dapat dipanaskan secara elektris. Pada umumnya lemari pengering memiliki alat pengatur suhu. Udara panas akan bergerak keruanf sebelah dalam diatas nampan yang berisi bahan yang akan dikeringkan. Oleh karena sirkulasi udara berlangsung relatif lambat dan keteraturan panas dibagian dalam lemari tidak selamanya terjamin, maka lemari pengering modern dilengkapi dengan ventilator, pembalik aliran udara dan pelengkapan lain yang sejenis, yang membantu pencapaian keteraturan suhu dibagian dalam lemari dan kecepatan aliran udara yang memadai. Bahan yang peka terhadap suhu seringkali mengalami kerusakan akibat panas yang digunakan. Juga harus diperhatikan adanya sifat senyawa yang mudah teroksidasi. Dalam kasus semacam itu disarankan untuk mengguanakan lemari pengering hampa udara. Material yang akan dikeringkan juga diletakkan diatas nampan dan ditempatkan diatas lempeng yang dipanasi dengan uap air, air panas atau secara elektris. Beberapa jenis diantaranya juga memiliki bodi pemanas dibagian sisinya. Ruang pengeringan tersebut dalam kondisi hampa udara. Pengeringan menggunakan hampa udara memungkinkan pengusiran air secara cepat dan aman dari material pada suhu rendah.

(Voigt, R, 1984)
Laktosa

C12 H22 O11. H2 O
Pemerian serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis.
Kelarutan larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih; sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan zat tambahan.                                             (Anonim, 1979)
Gelatin
Gelatin adalah protein yang diperoleh dari bahan kalogen.
Pemerian lembaran, kepingan, serbuk atau butiran; tidak berwarna atau kekuningan pucat; bau dan rasa lemah.
Kelarutan juka direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak, barangsur-angsur menyerap air 5 sampai 10 kali bobot-nya; larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk gudir; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, kloroform P dan dalam eter P; larut dalam campuran gliserol P dan air, jika dipanaskan lebih mudah larut; larut dalam asam asetat P.
(Anonim, 1979)

    PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar bahan pengikat pada migrasi selama waktu pengeringan granul. Saat pengeringan granul terjadi peristiwa perpindahan panas dan perpindahan massa yang berlangsung secara bersamaan. Perpindahan massa berupa perginya air dari dalam granul mengikuti aliran udara kering di ruangan pengering. Perginya air dari dalam granul ke permukaan granul disabut migrasi. Apabila ada bahan obat atau zat warna yang larut dalam air di dalam granul, maka pada saat migrasi akan ikut bersama perpindahan air ke permukaan.
( Anonim, 2012)
Pada percobaan ini bahan yang digunakan yaitu Theofillin yang berfungsi sebagai zat aktif, Laktosa yang berfungsi sebagai bahan pengisi dan Gelatin yang berfungsi sebagai bahan pengikat. Gelatin dibuat larutan,hal ini bertujuan untuk mempermudah homogenitas. Larutan gelatin yang dibuat ada dua macam yaitu larutan gelatin 5% dan 15% . larutan gelatin 5% yaitu gelatin 2,5 gram ditambah air 50 ml, sedangkan pada gelatin 15% yaitu 7,5 gram gelatin dan 50 ml air, yang kemudian dipanaskan, pemanasan ini dilakukan karena gelatin agak sukar larut dalam air dingin. Pembuatan larutan gelatin dibuat dengan 2 konsentrasi yang berbeda karena banyaknya gelatin yang berfungsi sebagia bahan pengikat akan mempengaruhi migrasi obat saat proses pengeringan.
Serbuk halus tidak dapat mengisi cetakan dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing). Cara pembuatan granul ada 2 macam yaitu granulasi basah dan granulasi kering. Pada percobaan ini digunakan granulasi basah karena laktosa (bahan pengisi) dan theofillin (zat aktif) terlebih dahulu dicampur yang baru kemudian di tambahkan bahan pengikat (gelatin) sampai terjadi massa granul yang baik.
Pada saat penambahan zat aktif (theofillin) terlebih dahulu dibuat larutan dengan menambahkan air, penambahan sedikit air adalah untuk membasahi zat aktif agar dapat tercampur dengan bahan pengisi dan diberi dengan sedikit laktosa tujuanya untuk mengeringkan granul yang telah dibasahkan dengan air agar tidak terlalu lembek, laktosa diberikan setengahnya dulu untuk mengurangi kelembekan campuran zat aktif dengan pengisi. Setelah dicampur homogen  ditambahkan zat pengikat, dengan menambahkan sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa granul yang baik (dapat dilihat dengan membuat granul seperti pisang dan apabila dipatahkan tengahnya tidak rapuh) hal tersebut menandakan penambahan bahan pengikat sudah cukup. Setelah terbuat granul yang baik di ayak dengan ayakan no.12. Untuk mengamati adanya proses migrasi granul digunakan sel pengering (Drying cell) yang terdiri 5 lapis dengan lubang ditengah,granul di isikan pada lubang tengan drying cell dan di oven pada suhu 60˚ C selama 2 jam.
Kadar bahan obat dalam granul sehabis pengeringan ditemukan sebagai berikut : pada gelatin 5% lapisan 1 : 766,80 mg/0,5 g, lapisan 2: 749,90 mg/0,5 g, lapisan 3: 565,27 mg/0,5 g, lapisan 4: 749,90 mg/0,5 g, lapisan 5: 439,37 mg/0,5 g. dari kadar tersebut dapat dilihat migrasi yang berlangsung sempurna pada lapisan 2 dan 4.
Pada gelatin 15% lapisan 1: 152,93 mg/0,5 g, lapisan 2: 166,18 mg/0,5 g, lapisan 3: 193,92 mg/0,5 g, lapisan 4: 200,68 mg/0,5 g, lapisan 5: 184,62 mg/0,5 g.
Koefisien migrasi digunakan untuk mengungkapkan besarnya migrasi. Nilai koefisien migrasi yang didapat pada formula 1 (larutan gelatin 5%) yaitu 0,2002 dan pada formula 2 (larutan gelatin 15%) yaitu -0,1213. Hal ini menunjukkan hasil percobaan sesuai teoritis yaitu bahwa semakin besar konsentrasi bahan pengikat maka kadar dan koefisien migrasi semakin kecil. Semakin keatas lapisan,maka nilai migrasi semakin besar,atau kata lain pada lapisan bawah nilai migrasi paling kecil. Berarti formula yang menggunakan larutan gelatin 15% lebih baik karena koefisien migrasinya lebih kecil dari pada larutan gelatin 5%.

  KESIMPULAN
©       Koefisien migrasi digunakan untuk mengungkapkan besarnya migrasi
©       Hasil yang di dapat sesuai teoritis yaitu semakin besar konsentrasi bahan pengikat maka kadar dan koefisien migrasi semakin kecil
©       Semakin keatas lapisan, maka nilai migrasi semakin besar, lapisan bawah nilai migrasi paling kecil
©       Formula 1 (larutan gelatin 5%) yaitu 0,2002 dan pada formula 2 (larutan gelatin 15%) yaitu -0,1213 maka bahan pengikat gelatin 15% paling baik karena koefisien migrasinya lebih kecil
©       Bahan pengikat berpengaruh pada migrasi obat pada saat pengeringan
       DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anief, Moh., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM press, Yogyakarta
Lachman, dkk., 1989, Teori dan Praktek Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Siti
Voight, R., 1973, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, penerjemah Dr.Retnat Soendani

Senin, 21 Mei 2012

N45i

Buat iseng-iseng,,,,ni perkenalkan profil anAk farmasi UMS angkatan 2010 kita ini adalah sahabat yang biasa kita sebut "N45i'' nama ini muncul dari kata "NARSIS" karna kita emang narsis-narsis,,,hehe.....dan penulisan sengaja di buat gitu,,itu da maknanya lho,,,hehehe,,,,,,Kita buat orang bacanya NASI karna nasi itu amat penting buat manusia,,disamping itu,,kita juga punya temen cowok2 yang menyebut dirinya "CETHINK" dalam bahasa indonesia yaitu tempat nasi,,jadi,,kita cewek dan cowoknya bisa di sebut NASI CETHINK,,pasangan yg pas,,,hehe, pemakaian 45 itu karna kita slalu semangat,ceria seperti halnya tahun kemerdekaan 45,,,,,heheh itulah sejarah nama persahabatan kita,,,semoga persahabatan bisa indah selamanya,,,,,,AMIN.......


BELAJAR di FARMASI jadi SERU karna ada kalian,,,,TERIMAKASIH Sahabat-sahabatku,,, AQU SAYANG kalian semua,,,,,,^_^

dapus ANFAR

analisis farmasi

 DASAR TEORI ANALISIS FARMASI ALKALIMETRI

Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa – senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Untuk menetapkan titik akhir ( titik ekivalen ) pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Larutan baku asam yang sering digunakan dalam asidi-alkalimetri umumnya dibuat dari asam klorida dan asam sulfat. Kedua asam ini dapat digunakan pada hampir semua titrasi.

Asam klorida yang sering digunakan untuk titrasi adalah HCl dengan konsentrasi 1N; 0,5N; dan 0,1N. Asam klorida merupakan baku sekuder sehingga sebelum digunakan harus dibakukan lebih dahulu dengan baku primer.

( A.Mursyidi & A.Rohman, 2006)

 

Dalam menaksir hasil akhir suatu penetapan kadar, ketetapan dan ketelitian memegang peran yang sangat penting. Kedua istilah ini mempunyai istilah yang hampir sama. Oleh karena itu, pengertian keduanya sering dikacaukan.

Suatu hasil dikatakan tepat ( precise ) apabila hasil dari suatu seri pengukuran (penetapan kadar) perbedaan satu sama lain sangat kecil, sedangkan suatu hasil dikatakan teliti (accurate) apabila mean yang diperoleh dari suatu seri penetapan kadar sangat dekat dengan nilai yang sebenarnya.

Seperti yang telah ditetapkan dimuka, hasil yang tepat akan mempunyai selisih antara masing – masing hasil dalam satu seri penetapan kecil.

 

Dalam hal ini dapat dikemukakan 3 macam ukuran ketetapan, yaitu :

·         Kisaran (Range) : selisih hasil penetapan yang paling besar dengan yang paling kecil Semakin kecil selisihnya berarti hasilnya semakin tepat.

·         Deviasi rata – rata (mean deviation) : rata – rata deviasi masing – masing hasil penetapan terhadap mean, dengan tidak memperhatikan tanda deviasinya (positif atau negative )

·         Standar deviasai : akar jumlah kuadrat deviasi masing – masing hasil penetapan terhadap mean. Dengan derajat kebebasan (degrees of random).

( Gandjar,Ibnu Gholib & A.Rohman, 2007)

 

            Asam asetilsalisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% C9H8O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau tau hampir tidak berbau; rasa asam. Kelarutan agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol (95%)P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Khasiat dan penggunaanya sebagai analgetikum dan antipiretikum.

BM Asam asetilsalisilat 180,16.

(Anonim, 1979)

 

Penetapan titik akhir prinsipnya yaitu titik akhir sedekat mungkin dengan titik ekivalen.

Ada beberapa indikator yang lazim digunakan dalam suasana :

• basa : fenolftalaein (pp)

• asam : metil jingga dan metil merah

• netral : fenol merah

(Wahyu, 2010) 

DAFTAR PUSTAKA
  Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Depkes RI : Jakarta 
 Gholib. I & Rohman. A, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar :
Yogyakarta
Mursyidi.A & Rohman. A, 2006, Volumetri dan Gravimetri, Yayasan Farmasi
Indonesia: Yogyakarta
 Wahyu, 2010, Kimia Analisis, Fakultas Farmasi UMS: Surakarta



• asam : metil jingga dan metil merah
• netral : fenol merah
(Wahyu, 2010)